Ungkapan Kritik dengan Ujaran Kebencian itu Beda

 Baru-baru ini meledak tentang orang yang membuat meme mantan presiden dengan presiden. Lalu, bola yang menggelinding adalah hal yang saya rasa kurang tepat.

Pisau yang digunakan itu salah. Kita tidak bisa memotong daging sapi dengan pisau roti, penggunaannya salah. Bahkan terlihat begitu buruk, seakan seperti orang yang tidak mengerti apa itu pisau roti, apa itu pisau daging, pisau buah, dan lain-lain.

Kita bisa tidak setuju dengan kebijakannya. Kita bisa mengkritisi kesalahan yang dilakukannya. Kita bisa memperjuangkan hak-hak kita.

Tapi memberi nama pada sekedar ujaran kebencian dengan alibi ungkapan kritik, itu melemahkan semua usaha kita sendiri.

Begini, kita bilang saja 30 orang menonton bola. 10 orang penonton mengkritik keputisan wasit karena memberikan tim A tendangan penalti. Padahal, tendangan penalti itu seharusnya tidak terjadi karena pemain tim A yang dilanggar berada dalam posisi offside. Kritiknya benar dan jeli dalam memperhatikan setiap kesalahan. Sangat bagus.

Tapi, 20 orang penonton lainnya yang sama-sama tidak setuju dengan keputusan wasit. Mereka hanya mencaci maki, mengutuk, bahkan membenci wasit tersebut. Kata-kata yang mereka keluarkan sama sekali tidak ada kritik. Kata-kata yang mereka keluarkan hanya luapan emosi.

Lalu, bagaimana jika sang wasit itu tersinggung? Meskipun sebenarnya wasit itu salah?

Aku ambil kasus ancaman nyata yang terjadi.

Penonton bilang, "saya bersumpah keluargamu tidak baik-baik saja!"

Bagaimana presepsi orang lain mengenai hal ini?

Akan muncul pada bagian kepala berita, "Supporter Anarkis". Mutlak. Tak memberi keistimewaan pada 10 supporter yang memang murni mengkritisi. Setitik nila dapat merusak susu sebelanga.

Kritik yang kita perjuangkan. Kritik yang kita lakukan. Semuanya sirna karena ujaran kebencian.

Saya rasa, membuat meme seperti itu bukan kritik. Saya tidak bisa berkata kepada orang-orang yang mengatakan itu kritik.

Sebab, saya hanyalah sebuah karang yang ada di bibir pantai. Saya tidak akan melawan ombak. Tapi, saya juga tidak akan terbawa oleh ombak. Saya menetap walau diterpa angin dan ombak, berdiri dan berjuang pada tempat yang semestinya.

Sungguh, saya menyayangkan bagaimana bisa yang seperti itu dianggap kritik. Bahkan, ombak besar juga mengatakan itu sebuah kritik. Juga, mereka yang membela mengatakan, "kami dibungkam!"

Sekali lagi, saya juga seorang yang senang menggerutu, mengkritik kebijakan yang tidak semestinya, memperjuangkan hak-hak kita. Tapi, saya sama sekali tidak ingin membela meme itu dengan mengatakan, "itu kritik, dan kita sedang dibungkam!"

Kamu bisa mengatakan bahwa saya bodoh, tak tahu diri. Tak mengerti apa yang sedang terjadi.

Maka, dengan kebodohan saya ini. Ijinkan saya untuk memohon jawaban tuan. Saya hanya ingin bertanya, "apa tuan tahu beda antara kritik dengan ujaran kebencian?"

Komentar

Postingan Populer