The President is Missing - Bill Cinton & James Patterson
Sudah bertahun-tahun yang lalu aku baca buku ini. Hal yang paling melekat dalam buku ini di ingatakanku adalah tidak ada hal yang penting dalam pembicaraan dengan seseorang sebelum kata "tapi". Poin yang sebenarnya ingin disampaikan, ada setelah kata "tapi".
---
Terpampang jelas pada bagian cover. Buku ini menceritakan tentang seorang presiden amerika serikat dan segala lika-liku kehidupannya.
Jujur aku lupa kenapa tertarik untuk beli buku ini? Mungkin, karena dulu waktu masih SMA pernah bercita-cita jadi presiden kali ya? Mungkin. Tapi aku tahu, kan tidak mungkin ....
(Mari kita lanjut ke pembahasan buku ini saja.)
Secara keseluruhan aku suka buku ini. Aku tidak akan ceritain sinopsisnya. Aku hanya menceritakan perasaan dari setelah membaca buku ini.
Dari buku ini, otakku yang masih belum banyak tahu dan polos waktu SMA. Menjadi tahu bahwa menjadi seorang presiden itu 7x24 jam hidup menjadi seorang presiden.
Contoh: Bapakku seorang supir. Bapakku tentu tidak 24 jam menjadi seorang supir. Ketika ia pulang, ia menjadi bapakku seorang kepala keluarga. Tapi menjadi presiden? Pulang ke rumah pun tetap menjadi presiden. Kerjaannya jadi 24 jam tanpa henti.
Hal yang aku pelajari berikutnya adalah, banyak keputusan krusial, penting, urgen, ada di tangan presiden setiap detiknya.
Makanya, sebagai rakyat memang sudah sepantasnya untuk mengawal atau memperhatikan keputusan-keputusan yang diambil oleh presiden, agar tetap di jalan yang sebaik-baiknya.
Aku tadi bilang tidak ada kata yang penting selain tapi. Ada pada suatu dialog ketika presiden menemui tokoh lainnya. Dengan bertele-tele untuk membuat kalimatnya lebih halus, presiden dalam tokoh ini menganggap bahwa tidak ada yang penting dari kalimat orang itu sebelum kata tapi. Hal yang perlu ia dengarkan ada pada setelah kata tapi.
Sekali lagi, 24 jam tanpa stop sama sekali menjadi presiden itu menjadikan setiap waktunya sangat penting. Maka dapat kita pahami, bahwa presiden memiliki ketegasan dalam memikirkan waktu yang digunakan untuk mendengarkan kalimat sebelum kata tapi.
Langsung saja pada poin yang ingin aku sampaikan.
Tapi, kita bisa mengartikannya dengan lebih luwes.
Kata sebelum "tapi" itu bisa membuat hubungan pertemanan menjadi lebih hangat. Kata sebelum tapi menjadi begitu penting untuk disampaikan agar pertemanan tetap baik-baik saja.
Ketika seorang teman mengundang kita untuk menghadiri pesta. Pada saat itu kita berhalangan hadir karena sedang diare. Kita tidak bisa mengatakan secara langsung, "aku tidak bisa datang."
Hal itu tentu menyinggung teman kita, kan? Kita bisa memperhalusnya dengan. "Aku ingin sekali datang ke pestamu, tapi aku tidak bisa datang karena perutku tiba-tiba saja mules dan nyeri."
Alasan seperti itu bisa diterima. Walau tetap saja, sebenarnya sebelum kata tapi, tidak ada yang penting bagi teman kita.
Sungguh, memang ketegasan dalam setiap tokoh yang berhubungan dengan presiden memang dibutuhkan. Sepenuh waktu menjadi presiden. Banyak waktunya yang dibutuhkan oleh rakyat. Makanya tidak ada waktu untuk sekedar berbasa-basi.
Ah, ya, sebagai penutup. Dari buku ini aku tahu kalau pengalihan isu dari kasus yang terjadi di negara itu memang ada. Biasanya dilakukan karena dirasa jalan ini yang bisa membuat negara tetap baik-baik saja.
Secara keseluruhan aku tidak menyesal membaca buku ini. Walau aku lupa alasan mengapa beli buku ini. Tapi, aku banyak belajar hal yang politis dari buku ini.
Seperti penggunaan kata "tapi" itu tadi.
Komentar
Posting Komentar