Apa Pentingnya Sastra?
Saya tidak bermaksud meninggikan sastra, tapi ini jawaban saya jika ditanya apa pentingnya sastra?
Seorang teman saya baru saja suka membaca sastra. Dia membaca buku (Bumi Manusia) yang saya sendiri baru membacanya sekarang. Setelah menyelesaikannya, teman saya berkata, "mengapa sastra sebagus itu?" Dia orang yang belum menyentuh sastra.
Lalu saya pinjami dia buku "Pulang" karya Leila S Chudori. Belum selesai ia membaca. Sudah ada pertanyaan baru lagi, "kalau fakta bisa disampaikan melalui sastra, mengapa sastra dianggap fiksi yang tidak nyata?"
Saya berdiskusi dengannya. Hal yang paling seru dari selesai membaca adalah berdiskusi.
Sampailah kami berpikir, "ya, kalau memang fiksi, mengapa pada masa orba buku-buku Pramoedya Ananta Toer dibredel?"
Buku-bukunya dianggap mengancam. Mengapa buku dianggap mengancam? Padahal nonfiksi.
Kami berlarut dan mencari jawaban pada diskusi itu. Hingga kelelahan itu ada. Bahwa, "sekarang sudah tidak ada lagi pembredelan buku, pelarangan membaca buku tertentu. Tapi, kita bisa melihat, mungkin tak ada yang mencuri buku-buku saya ketika rumah saya kemalingan.
Tak perlu saya khawatir pada tas yang saya tinggalkan di suatu tempat jika isinya buku, tak ada yang akan mencurinya. Beda jika tas saya menaruh barang elektronik berharga, tak perlu waktu lama pasti akan raib dan tak tahu kemana."
Baru kami mengerti dan menyadari. Sebab, buku, entah bagaimana bisa menggerakkan kita untuk melakukan sesuatu. Jika dalam buku menyuarakan suatu kebenaran, suatu hak asasi yang terinjak, kita, entah bagaimana tergerak untuk melawan.
Sebuah subjektifitas dari antagonis yang menggandeng tangan kita untuk masuk ke dalam dunianya. Membuat kita merasakan segala yang ia rasakan, segala derita itu, segala pesan itu, sampai kepada kita para pembaca.
Sehingga ketika pesan itu tersampaikan. Kita secara otomatis akan menjalankannya.
Saya mungkin tidak akan suka jika diminta untuk menghapal tahun, angkatan, atau lainnya yang berbau ilmu pasti untuk menjelaskan sastra. Tapi, dengan senang hati saya mau untuk, menceritakan kembali bacaan dari buku ... yang ditulis oleh ... yang kita dapat setelah membaca buku ini ....
Bukan hanya sekedar hapalan. Tapi, kita memperoleh sesuatu darinya.
Maka apakah sastra itu penting?
Saya rasa, lebih suka kita mengerti sesuatu yang tidak dipaksakan.
Daripada belajar tanggal, waktu, dan pelaku sejarah yang berupa tabel atau kalimat kaku serta baku. Bukankah kita lebih suka jika disampaikannya itu semua dalam bentuk sastra.
Jika kita menghapal kemerdekaan dengan cara yang pasti, 17 Agustus 1945 kita merdeka, Soekarno yang menyampaikan pidato kemerdekaan.
Kalimat di atas itu valid, benar, dan baku. Akan berbeda jika mengemasnya dengan sastra.
Rakyat Indonesia memiliki semangat kemerdekaan yang tinggi. Pada hari Jumat pukul 10 pagi itu, 17 Agustus 1945 Soekarno-Hatta menyuarakan pidato kemerdekaan atas nama Bangsa Indonesia.
Kita, seperti merasakan pengalamannya. Melalui kalimat yang dibalut sastra: Tak perlu susah payah menghapal, kita akan dengan mudah hapal.
Komentar
Posting Komentar